MAAF

Di persimpangan lampu merah berdiri seorang anak laki-laki berumur 7 tahun berbaju compang camping lusuh dan bau keringat, dia mengitari sepanjang jalan membawa sebuah gendang kecil yang ia sangkutkan pada lehernya, mengandalkan suara dan kemampuannya memukul gendang itu berharap agar di beri sedikit uang. Satu persatu kendaraan yang berhenti ia datangi, terkadang dalam satu hari ia dapat uang banyak tetapi tidak semua dari hasil jerih payahnya itu bisa dia nikmati, di karenakan anak itu harus membayar setoran kepada preman yang mengasuhnya. Anak laki-laki malang itu bernama Sandy, Sandy menjadi pengamen sejak ia masih berumur 4 tahun, preman tersebut menemukan Sandy di dalam kardus dekat tong sampah dan membesarkannya, meskipun di besarkan sang preman Sandy tidak di perlakukan dengan baik, malah begitu Sandy beranjak menjadi anak-anak preman tersebut mulai memperlakukan Sandy seperti budak, tak jarang Sandy di pukuli jika ia tidak mampu membayar setoran. Sesuai target yaitu 150 ribu per hari. Sandy tidak pernah mengetahui siapa dan dimana orang tua kandungnya, setiap hari ia hanya berharap bisa bertemu dan melihat wajah orang tuanya yang selalu ia bayang-bayangkan sepanjang malam. Sore ini Sandy tidak memperoleh uang banyak, ia tidak mampu mencapai target. Malam ini semua anak jalanan asuhan preman tersebut berkumpul, satu persatu anak-anak malang tersebut menyetor uang kepada bos asuhnya "bang, ini setoran uang saya hari ini, hari ini saya mencapai target jadi saya boleh makan kan bang?"

"Yaaaahh baguuusss.. lue boleh makan, yang kayak gini paling gua demen. Dapat uang banyak gua hari ini, lumayan gua bisa main judi lagi sama teman-teman gua.. hahaaaha.... eehh lue besok-besok harus dapat lebih dari ini ya, awas kalo kagak, udah sono lue jangan berdiri dekat gua aja, pergi ambil jatah makan lue nasi bungkus di atas meja"
"Ia bang, makasih..."
"lanjut berikutnya nyetor ke gua"

Sandy mulai merasa takut ketika di tagih sang preman.

"mana setoran lue buat gue?"
"maaf bang, hari ini saya gak dapat banyak uang, saya cuman dapat 50 ribu"
"Apa lue bilang, 50 ribu? lue pasti malas-malasan kan... sialan lue gak tau diri, susah-susah gua besarin dan ngasih makan lue, sekarang lue ngasih gua uang cuman 50 ribu?"
"maaf bang, tadi pas ngamen saya ngerasa gak enak badan bang.... saya pusing, perut saya nyeri karna belum makan"
"Bodo amat, apa peduli gua sama lue"
"Saya janji bang, besok saya bakal ngasih uang lebih ke abang"

Sandy hanya menangis dan meminta-minta maaf pada preman tersebut, tapi sang preman terlihat sangat marah dan kesal pada dirinya "plaaaaakkk..." begitu lah bunyi tamparan yang di ayunkan oleh tangan preman sadis itu "awas ya kalo besok elu kagak bisa nyetor uang banyak gak bakal gua kasih ampun lue, anak sialan gak tau balas budi"

"Ia bang..." (sambil menangis terisak-isak memegang pipinya yang merah terkena tampar)
"Kali ini lue masih gua kasih hati, ya udah sana lue makan.. jangan sampai mati lue, bisa tambah repot gua ngurusin lue".

Sandy berlalu mengambil sebungkus nasi untuk mengganjal perutnya kemudian segera tidur bersama teman-teman pengamennya.Keesokan paginya Sandy bangun dan bersiap-siap untuk mulai ngamen lagi di lampu merah, ia mendekati sebuah honda jazz berwarna hitam "Tuhan kirimkanlah aku kekasih yang baik hati, yang mencintai aku apa adanya"  namun pemilik mobil mewah tersebut malah memarahinya "woi brisik tau gak?"

"maaf pak, saya cuma ngament"
"ya udah gua kasih lue cepek dari pada kelamaan berdiri di sini"
"makasih pak" (berjalan mendekati mobil lain), setelah berjam-jam mangkal di lampu merah Sandy hanya bisa mengumpulkan uang sebanyak 30 ribu, bukannya mendapat uang banyak, malah lebih sedikit dari hasil jerih payahnya kemarin. Sandy takut untuk menemui boss dan membayarkan setoran karena Sandy tau pasti bossnya itu akan marah dan menyiksanya.
"Ya allah aku harus bagaimana lagi, aku gak bisa sampai target lagi ya allah, apa yang harus aku lakukan.. aku sudah gak kuat di siksa oleh preman tersebut?" (bisik Sandy dalam hati).

Sandy secara diam-diam berlalu melangkahkan kaki menjauhi lampu merah, langkah kakinya terhenti di sebuah warteg "bu, nasinya sepiring ya, ayam bumbu pahanya satu potong.. teh angat satu gelas, gak pake lama ya buk?"
"Ya nak, tunggu sebentar!"

Begitu pesanannya terhidang dia langsung menyantap makanan dengan lahapnya, bagaimana tidak sejak kemarin ia hanya makan 1x saja.Siapa sangka tenyata sepasang suami istri muda yang duduk di samping mejanya semenjak tadi telah memandangi Sandy. Setelah merasa kenyang Sandy membayar makanannya dan pergi meninggalkan warteg tersebut, tetapi baru 5 langkah kakinya terayun Sandy jatuh pingsan tak sadarkan diri. Pasangan suami istri tersebut seketika itu langsung membawanya ke rumah sakit untuk berobat, setelah di infus Sandy baru tersadar dari tidurnya "Nahh kamu akhirnya bangun juga nak, syukurlah kalau begitu.. ibu jadi ikut senang"

"Ibu dan bapak siapa, kenapa saya ada di sini..?"
"Kamu tenang ya nak... bapak dan ibulah yang membawa kamu kesini, tadi ketika kamu selesai makan di warteg kamu pingsan nak, makanya bapak dan ibu langsung membawa kamu kesini, kalau boleh bapak tau nama kamu Siapa nak?" tanya suami muda tersebut.
"Nama saya Sandy pak, bapak dan ibu siapa namanya?"
"Pertanyaan yang bagus, nama saya Rio dan ini istri saya Riska"
"Ooohhh... bapak tinggal dimana?"
"saya tinggal tidak jauh dari sini, rumah saya dekat toko kue deretan ke 20 dari rumah sakit ini... kamu sendiri tinggal dimana, kenapa tadi kamu sendirian saja...?"
"Saya gak punya orang tua pak, saya cuma anak jalanan yang di besarkan preman, saya kabur karna udah gak tahan di kasari preman itu"
"Ooohh.. begitu ya rupanya, kasihan sekali kamu sayang.. masih kecil sudah merasakan pahitnya hidup" pasangan suami istri tersebut mengira bahwa Sandy sudah tidak punya orang tua lagi/yatim piatu. Mereka lalu berdiskusi berdua "Pa bagaimana jika Sandy kita angkat jadi anak kita?"
"Boleh juga ma, kasihan dia sudah tidak punya orang tua.. lagian kalau ada Sandy,Sarah pasti senang dan merasa terhibur dengan kehadirannya"
"Ia papa... mama juga senang karna itu artinya kita punya sepasang anak"

Sandy yang merasa sedang di bicarakan oleh mereka bertanya kepada suami istri tersebut "Bu, pak... Kenapa berbisik-bisik seperti itu?"

"Ohh maaf ya nak, kami cuma sedang berdiskusi"
"Kalau saya boleh tau, berdiskusi tentang apa?"
"Begini nak... kalau kamu tidak merasa keberatan kamu mau gak tinggal bersama bapak dan ibu?"
"Haaaa... ibu dan bapak pasti bercanda" (matanya melotot dengan mimik wajah heran)
"Looohh kenapa bercanda, kami serius"
"Tapi saya gak mau merepotkan keluarga bapak"
"Siapa bilang repot, justru kami bahagia karna anak saya sebentar lagi akan memiliki kakak angkat, kamu bersedia kan tinggal bersama bapak ibu?" (saling berpengangan tangan dengan tersenyum melihat Sandy).
"Ya pak, saya bersedia... terimakasih ya bapak dan ibu sudah sangat baik terhadap saya?"
"Ia sama-sama sayang".

Selesai bercengkrama dokter datang untuk memberitahukan bahwa Pasien yang bernama Sandy sudah boleh pulang, Sandy langsung menuju ke rumah orang tua angkatnya tersebut.

Sesampainya di halaman rumah orang tua barunya betapa terkejutnya Sandy melihat rumah suami istri tersebut "Astagaaaaa.. ini rumah apa istana, besar banget daaaahh.." (bisiknya dalam hati).

"Bu, ini benar rumahnya, gak salah kan?"(tersenyum dan tertawa tipis)
"ya nggak lah nak, ini beneran rumah kami dan sekarang juga akan jadi rumah kamu juga"
"Asiiiikk... makasih bu?" Ibu muda tersebut hanya menganggukkan kepala dan tersenyum. Sesampainya di depan pintu mereka mengetuk pintu, begitu pintu di bukakan Sandy kaget melihat ada seorang gadis kecil yang sangat cantik, hidungnya mancung mata sipit bulu mata melentik, dengan kulit putih langsat. "Kamu siapa, kenapa bisa bersama dengan mama papa aku?"
"Sayaaaang, kamu gak boleh ngomong begitu. Mulai sekarang dia akan jadi kakak kamu"
"Perkenalkan, nama aku Sandy, umur aku 7 tahun" (menjulurkan tangannya)
"Nama aku Sarah, umur aku 5 tahun"
"Kamu cantik, sama kayak mama kamu"
"Makasih Sandy, mama aku emang cantik San. Makanya papa aku sayang sama mama"
"Ahh sayang, kamu bisa aja. Masih kecil udah pintar ngerayu"
"heheee... ia mama kan memang cantik" (memeluk mamanya)
"Baiklah Sandy berhubung kamu sudah kenalan dengan Sarah, mulai sekarang kamu jangan panggil saya dengan panggilan ibu bapak lagi ya.. panggil kami seperti apa yang di panggil anak kami Sarah. Silahkan kamu panggil saya dengan panggilan mama dan bapak dengan panggilan Papa, mau kan Sandy panggil kami seperti itu?"
"Ia buk... ehh maaf, baiklah mama papa!"
"Bagus.... kamu memang anak pintar, kami beruntung bisa mengangkat kamu jadi anak angkat kami, sekarang Sarah udah gak akan kesepian lagi, udah ada kamu yang bisa menemani Sarah main, kalian bisa main bareng. Tolong jaga Sarah ya San, soalnya sekarang Sandy sudah jadi kakak Sarah".
"Ia mama papa, pasti Sandy akan menjaga Sarah dan akan menjaga Sarah setiap hari"
"Oke Sandy, sekarang kamu bisa tidur di lantai 2. Kamar kamu bersebelahan dengan kamarnya Sarah, Oh ya Sandy..... besok siang kamu ikut mama ya ke Mall buat beli pakaian dan perlengkapan kamu?"
"Ia mama"
"Sip, sekarang Sandy boleh naik ke atas dan beristirahat"
"ya ma, makasi ma. Sandy mau tidur ya ma. Sandy capek"
"Ia sayang, semoga besok pagi udah fit lagi ya.. udah naiklah ke atas!"

Keesokan paginya Sandy dan keluarga barunya sarapan bersama, terlihat jelas dari raut wajah keluarga tersebut bahwa sangat bahagia menerima Sandy sebagai anggota keluarga yang baru. Siang harinya lepas sholat Dzuhur Sandy dan ibu barunya pergi jalan-jalan sekaligus membeli pakaian baru untuk di kenakan Sandy. Tak tanggung-tanggung ibu baik hati tersebut membelikan Sandy baju yang banyak dan berkualitas bagus. Sandy merasa sangat bahagia karna dia bisa menghirup udara bebas dari tekanan preman yang selama ini sering mengasarinya. 15 tahun berlalu, pada hari ini Sandy genap berumur 22 tahun. Di hari ulang tahunnya kali ini Sandy hanya berharap agar dirinya bisa bertemu dengan orang tua kandungnya "Sandy sayang, kenapa kamu hanya diam? hari ini kamu ulang tahun, kamu mau apa dari mama?"

Aku gak mau apa-apa ma, aku hanya ingin bertemu dengan ibu kandungku, semenjak kecil aku tidak pernah bertemu dengan kedua orang tuaku.

"Maaf Sandy, bukannya orang tua kamu sudah tiada?"
"Aku tidak tahu, tapi yang pasti aku sangat merindukan ibuku. Semenjak bayi aku sudah di rawat dan di besarkan oleh preman yang menjadi bossku, aku kira dia sayang kepadaku. Ternyata setelah aku tumbuh besar, aku malah di siksa kalau tidak memenuhi keinginannya (air matanya perlahan jatuh membasahi pipinya yang merah).
"Ya sudah, sekarang kan sudah ada mama, kamu jangan sedih lagi ya sayang..? kamu anggap saja mama sebagai mama kandungmu"
"Ia mama, tapi meskipun begitu aku tetap ingin melihat wajah ibu kandungku"
"ya nak, mama ngerti kog tapi kamu harus sabar ya sayang. Mama yakin tuhan maha adil pada umatnya, asalkan kita bisa sabar dan terus berusaha, pasti ada terang di kegelapan. Roda akan terus berputar, kamu yakin dan serahkan semua kepada Allah, karna hanya tuhan yang mampu memberikan kebahagiaan pada umatnya"
"Ia.. makasih nasehatnya"
"ya Sandy" (berlalu pergi meninggalkan Sandy)


Adiknya Sarah juga telah tumbuh menjadi wanita yang sangat cantik jelita. Sekarang Sarah sudah menginjak usia 20 tahun. Hanya berbeda 2 tahun dari umurnya Sandy.

Semakin hari Sandy semakin tumbuh menjadi laki-laki tampan, banyak wanita yang menyukai bahkan rela mati-matian berkorban demi mendapatkan kasih sayang darinya. Tak ketinggalan saudara angkatnya Sarah ternyata diam-diam menyukai dan mengagumi kakak angkatnya tersebut. Dimana ada Sandy di situ juga pasti ada Sarah, Sarah semakin hari semakin dekat dengan Sandy, Sandy dan Sarah sering pergi makan dan nonton bersama. Mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang serasi. Ternyata tanpa sepengetahuan dari orang tua mereka Sarah dan Sandy telah berpacaran dan menjalin hubungan yang di bilang cukup serius. Hari ini Sandy ingin mengutarakan maksud dan keinginannya untuk menikahi Sarah pada orang tua angkatnya tersebut "ma, pa... Sandy mau bicara sesuatu yang serius?"

"Bicara apa nak, katakan saja pada kami..?"
"Begini ma, pa.... sebenarnya Sandy dan Sarah kami berdua saling suka dan kami tidak ingin berpisah"
"Lalu?"
"Sandy ingin Sarah menjadi pendamping hidup Sandy ma, pa?"
"Apakah kamu yakin, sedangkan Sarah telah kamu anggap sebagai adikmu sendiri?"
"Ya maaa, Sandy yakin seyakin yakinnya kalau Sarah adalah wanita yang di persiapkan tuhan buat Sandy"
"Baiklah sayang, kamu sendiri Sarah... apakah Sarah mau menjadi pendamping Sandy?"
"Ia mama, Sarah sangat menyayangi kak Sandy, Sarah ingin hidup bersamanya"
"hhmmmm...ya sudah jika itu memang yang terbaik bagi kalian, dan jika tekat kalian sudah bulat kami mau bilang apa? Kami hanya bisa mendoakan semoga kalian berdua bahagia selalu"
"Alhamdulillah makasih ma, pa? Sandy beruntung sekali mendapatkan keluarga seperti kalian?" (menangis terharu sambil memeluk kedua orang tua angkatnya).
"Kalau gitu Sarah kita akan diskusikan acara pernikahan kalian kapan dimana dan bagaimana susunan acaranya, sekarang kalian siap-siap mandi"
"Baik ma, pa" jawab Sandy dan Sarah serempak.

Siang itu udara sangat panas, sehingga Sandy membuka bajunya dan terlihatlah di punggungnya ada tompel hitam sebesar kepalan tinju. Tak sengaja mamanya Rika melihat tanda tersebut dan mendekati Sandy "Sandy, kalau mama boleh tau tomel ini asli""

"Ooohh.. ia ma, tompel ini emang udah ada sejak Sandy masih bayi"
"Sandy waktu kecil dimana di temukan oleh preman tersebut?"
"Di dalam kardus dekat tong sampah ma"
"Tong sampah dekat kayu besar bukan?"
"Ia kata preman itu sih begitu.. memangnya kenapa sih mam?"
"Astagfirullah al’azim, Sandy apakah kamu masih ingin bertemu dengan ibu kamu setelah apa yang dia lakukan terhadap kamu?"
"Mau ma, biarpun dia membuang aku, tapi aku ingin sekali melihat wajahnya. Aku juga ingin tau kenapa dia tega melakukan ini semua sama Sandy?"
"Sandy sayang, aku ini ibu kandungmu"
"Haaa.. gak mungkin, mama Riska pasti bohong.. becanda kan?"
"Aku memanglah ibu kandungmu, waktu itu mama melahirkan kamu tapi mama hidup miskin gak punya apa-apa. Papa kamu sudah tiada ketika kamu masih dalam kandungan, papa kamu jatuh dari atas proyek bangunan"
"Lalu kenapa mama tega sekali, apakah begitu caranya memperlakukan seorang anak?"
"Gak sayang, mama tau mama salah banyak sama Sandy, mama sangat menyayangi kamu nak dan mama gak mau kehilangan kamu lagi" (memeluk Sandy dengan erat)
"ahhh bohong, kalau mama beneran sayang sama aku, lalu ngapain mama buang aku. Mama sungguh kejam, mama gak tau kan apa yang sudah aku rasakan selama ini, aku di siksa preman ma, terkadang aku iri melihat anak-anak usia sebaya aku dulu. Mereka mendapatkan kasih sayang, mereka mendpatkan apa yang dia mau, sedangkan aku? Aku harus berjuang mati-matian mengais rejeki demi sesuap nasi"
"Maafkan mama sayang, mama akan menebus segala kesalahan mama dengan merawat kamu sampai mama mati"
"mama kenapa tega, mama benar-benar gak kasihan dengan aku. Lalu laki-laki yang menjadi suami mama sekarang itu siapa?"
"Itu Rio suami mama yang baru, setelah kamu lahir mama berjuang hidup sendiri menjadi pembantu rumah tangga, sampai pada akhirnya mama di nikahi oleh Rio, dan Sarah merupakan anak kami. Jadi kamu dan Sarah bersaudara kandung nak"
"Gak mungkin.. itu gak mungkin... aku gk percaya"
"Percaya atau tidak tapi itulah kenyataannya, kamu harus undurkan niat untuk menikahi Sarah". Tenyata Sarah kebetulan mendengar percakapan mereka berdua "Ohhh.. jadi sebenarnya Sarah dan kak Sandy saudara kandung? Gitu ma... kenapa semuanya terjadi di saat Sarah udah yakin sepenuhnya bahwa kak Sandy itu cinta sejati Sarah?"
"Kalian berdua harus terima kenyataan bahwa kalian adalah kakak beradik kandung, kalian harus bisa menghilangkan semua perasaan kalian"
"Tapi aku gak bisa ma" sela Sandy.
"Bisa nak, Sandy minggu besok kamu akan mama kuliahkan ke Hongkong, dan kamu Sarah kamu akan mama masukkan ke sekolah designer di Perancis"

Minggu berikutnya Sarah dan Sandy berangkat ke negara tujuan masing-masing, hingga 6 tahun setelah keberangkatan, mereka pulang dengan keberhasilan yang luar biasa dan membawa pasangan masing-masing menemui kedua orang tuanya.Kini mereka telah mengerti bahwa sesuatu yang menurut kita benar belum tentu baik bagi diri kita.

Share This Post: