AKU TETAP GARENG

 ola

Pastinya begitu.... saat ini kau begitu lelah, tidurlah,,, istirahatkan badan dan pikiranmu begitu juga dengan hatimu,.. begitu tertahan senyummu selama ini,disini kau akan merasa tenang,aku yakin itu,,,hhm ternyata kau sangat cantik,perlahan ku tarik selimut untuk menyelimutinya,cuaca cukup rawan akhir akhir ini aku khawatir dia kedinginan
Hhmmm…Jam baru saja menunjukkan pukul 5.00 pagi, terdengar riuh suara suara di area dapur, ini sesuatu yang yang ku rindukan sudah sejak lama, suara penggorengan dengan sendok yang tengah bergelut  mesra, selama ini aku kemana? Rumah tanggaku dimana? Rumah sebesar itu seakan tak berpenghuni, lampu lampu hidup hanya  saat saat tertentu, tak ada aroma teh hangat  apalagi aroma masakan, yang ada hanya bungkusan bungkusan kue kue pabrik, dan kemasan  kemasan makanan yang tidak sesuai seleraku, tak ada sesal karena aku mencoba menjalani ini semua dengan hati yang luas asal bisa bersamanya dan bisa membahagiakannya.
“Mas.. banguun,, udah subuh lho, sholat dulu” sebuah tepukan lembut dikakiku, membuat aku terbangun, hhmmm damai sekali rasanya.
Kuraih tangannya untuk duduk di dekatku, dia tersenyum dan menatapku penuh arti,
“kamu masak ya sayang,,,wangi sekali”
“hmm…. Apa iya mas?,maaf kalau nanti mas nggak suka masakan saya”
“jangan gitu, aku pasti,hhm… dari aromanya saja udah terasa kok” aku bangkit berdiri sekilas ku belai rambutnya yang pendek, nyaris cepak itu ”yuk… aku mandi dulu, setelah itu, shalat subuh dan,,, habis tu kamu temani aku sarapan”
“iya,mas…”jawabnya, tersenyum
Sungguh pagi yang indah, kadang memang benar kata orang, fisik itu tidak menjamin isi hati, selama ini aku hanya terbius kecantikan, silsilah keluarga orang orang terpandang, prestise,,,,
“Selamat ya Dion, kamu sudah menikah” beberapa  teman dan kerabat begitu sumringah menjabat tanganku, acara sederhana yang jauh dari kesan wah tapi sangat sempurna bagiku,
“hmm, pak Dion, matanya lagi sakit ya, yang cantik banyak, kok malah pilih yang begal, ih… serem”
“iya nih, pak Dion bikin semua wanita patah hati termasuk saya ”sekretaris ku yang jelita itupun sangat kecewa bahkan dua hari sebelumnya dia menemuiku empat mata
“pak, saya kira bapak selama ini ngasih perhatian ke saya adalah untuk merebut hati saya”
“nadin, maafkan saya tidak bisa seperti yang kamu inginkan, hhmm,, namanya saya atasan kamu ya,, saya pikir memberi perhatian lebih ke kamu kan hal yang wajar”
“tapi saya … menyukai bapak, sayang dan menerima bapak apa adanya..”
“Nadin, kamu masih muda, sangat belia, kamu akan bisa mendapatkan yang kamu inginkan,saya minta maaf,semoga kamu mengerti” dengan terpaksa aku mengungkapkannya tapi Nadin bisa mnegeri walaupun harus berurai air mata.
 Saat ini aku memang merasa dunia ini telah menjadi milikku, banyak mata memandang sinis, seisi kantor pun heboh bagaimana tidak, pimpinan perusahaan mereka menikah untuk yang kedua kali dengan wanita yang jauh dari yang mereka bayangkan karena yang mereka tau Dion itu digilai para wanita, entahlah mereka mungkin bisa berharap Pimpinan mereka bernyonya seperti selebriti tapi seorang Dion hanya menginginkan wanita biasa dan hanya akan menikahi wanita pilihan hati.
“Mudah mudahan yang kedua ini, mendapat berkah ya Dion” salah seorang sahabat juga menyalamiku dan pastinya ku balas dengan sebuah anggukan dan senyum lepas, selepas rasa hati yang kian mekar.
Terbersit rasa sedih di relung hati ini ketika tak ada satupun saudara yang hadir apalagi papi sama mami, aku sadar mereka memang tak merestui ini,karena mereka berfikir wanita ini tak cocok untukku, aku tampan, kaya, sementara dia seorang janda tambah lagi tiga anaknya, tapi biarlah Aku nyaman bersamanya, aku pasti bisa jadi sosok seorang ayah bagi mereka.
Hari ini aku lansung ke kantor, tanpa bulan madu, karena dia juga tidak mau ada acara bulan madu, buat apa bulan madu kalau bisa bulan madu setiap hari dirumah  lagian kebetulan juga aku harus bertemu klien untuk pembangunan beberapa proyek properti, hhmmm
Enam bulan terasa begitu cepat berlalu,,,aku semakin mencintainya aku memanggilnya Gareng, rambut pendek super mohak, entah lebih pendek dari rambutku, kulit putih bersih dengan alis masih asli, kecil mungil dan sedikit pendek untuk besisian denganku tak ada kelebihan yang patut di banggakan tapi dia yang tulus, kasih sayangnya begitu luas, rasanya aku tak salah pilih, jauh sekali bedanya dengan kisah hidupku yang telah lewat, Vinia mantan pacar di SMU yang ku jadikan istri, lembut, perhatian, apalagi gayanya yang sedikit bule dengan penampilan luar biasa karena memang dia mantan gadis sampul sebuah majalah terkenal di kotaku, tapi setelah ku lewati sungguh tak terbayangkan olehku sebelumnya, gaya hidupnya yang jetset dan hedonis, bahkan cenderung over protektif  hingga aku tak dapat bergerak sedikitpun, ini tak boleh itu tak bisa, dinas luar tidak perlu sering, ke rumah mami seperlunya saja, aku ingat waktu itu.
“ma, minggu depan mami mungkin kesini”
“maksudmu? ke rumah kita sayang?”
‘iya, kemana lagi sayang….aku kan anak sulung, jadi aku pasti anak nomor satu yang dirindukan mami, iyakan sayang”
“hmm,, mungkin..,tapi nggak lama kan mami dirumah kita?”
‘ya nggak lah, paling satu minggu..”
“what??”
“kenapa? Kok terkejut sayang,.. memang mama keberatan?”
“oh,,eh.. nggaklah,mana mungkin aku keberatan, aku cuma takut nggak bisa masakin mami” ujarnya, “sama,, sama siapa mami kesini?”
“rencananya sama Bayu”
Hhmm,,,kenapa wajah Vinia jadi begitu ya, dibilang nggak suka, katanya nggak apa apa,tapi sepertinya dia nggak nyaman dengan kedatangan keluargaku ke rumah kami, tapi pikirku dia mungkin lagi khawatir nggak bisa singkron sama mami, padahal mami sayang sekali sama Vinia, pas waktu mami datang.
“Vinia, kamu sehat?”
“iya, mami,aku sehat,,,”
“Vinia, sini, mami bawakan kamu kue santen kesukaanmu lho, dan ini ada coklat juga, trus ini, mami beliin kamu baju tidur warna peach,kesukaanmu”
“Oh,, makasih mami, nggak usah repot,bajuku juga belum habis kok”
Deg perasaanku mulai tidak enak,mendengar jawabannya, tapi mungkin dia lagi nervous aja kali
“ya, kan nggak perlu tunggu habis dulu kalau mau pakai baju baru iya kan, Dion…”kata mami sambil melirikku, aku tersenyum sambil memandangi Wajah lembut Vinia, harusnya perkataannya akan selembut wajahnya.
“iya” katanya Singkat sambil tersenyum tipis, ”emang mami berapa lama tinggal disini?” lanjutnya
“Vinia sayang, mami tinggal sebulan pun disini kamu pasti nemenin kan sayang..” aku berusaha memotong pembicaraan Vin sambil membelokkannya.
“Hhmmm,, ya,, mami” sahut Vinia sambil Membuang muka.
Walaupun kedatangan mami bukan untuk yang pertama kali tapi cara Vania melayani ibuku sungguh membuat aku terluka, dia tak pernah meletakkan sarapan, bicarapun hanya seadanya, nggak begitu perhatian, malah sibuk main hp,tinggallah orang tua itu sendirian
“Vinia”.. suatu malam aku sengaja pulang lebih awal,demi untuk memperbaiki keadaan, ku lihat Vinia yang agak sedikit terpaksa bila ku suruh menemani mami.
“Vinia sayang, apa aku boleh bicara”
“apa?”
“aku tak mau berprasangka kepadamu, karena kau adalah istriku,jadi ibuku ibumu, adikku pasti juga adikmu, aku tahu kamu sedikit grogi tapi biarkanlah semua lewat begitu saja,”
Dia menunduk tanpa memberikan tukasan apa-apa dalam pembicaraanku, dengan hati- hati aku meneruskan kata- kataku.
“sayang…saat ini Bayu sama mami sengaja ke sini, karena sesuatu hal..”aku sengaja menggantung ucapanku karena ingin melihat reaksinya, tapi Vinia dengan tenang masih diam walaupun wajahnya tidak bisa menyembunyikan sesuatu kepadaku, sifat manja dan mau menang sendiri nya begitu jelas kelihatan di balik lesung pipinya itu
“Vinia, mami rencananya mau pinjam uang lima puluh juta untuk Bayu”
“apa?” spontan dia berdiri dengan wajahnya yang memerah, tajam matanya mengunus jiwaku tapi aku berusaha untuk setenang mungkin, lalu untuk meredamnya Vinia,tersenyum,..
“Dion,,,maaf ya,, aku kaget, karena mendengar jumlah yang tidak sedikit, tapi ya boleh boleh aja kok terserah kamu”.
“Terimakasih, Vinia, kamu memang istri yang pengertian” ku raih jemarinya dan menggenggamnya.
“Tapi,,,, kita kan juga butuh uang Dion, biaya hidup kita aja nggak sedikit, apalagi aku kan mau buka butik, gimana sih, waktu itu mamimu pinjam juga kan sepuluh juta,sepertinya kamu hanya memikirkan keluargamu saja?”
“Kan bisa waktu lain..iya kan sayang, dan lagi mamikan cuma dua bulan minjamnya,”
“Iya, dua bulan mentang-mentang dia yang punya perusahaan, seenaknya aja ambil uang alasan minjam, bilang aja ambil keuntungan”
“Vinia….”
“Kenapa Dion, memang iya kan? yang terjadi selama ini, keluargamu hanya akan merong-rong kita berkeluarga, apa yang kamu adakan untukku, selalu saja mami,, mami dan mami,,,,”
Bila akhirnya pertengkaran itu berujung dengan perginya Vinia ke Amerika, aku bukan tak berusaha mencoba memperbaikinya, berkali-kali aku pulang balik Amerika - Indonesia, tapi tetap sia-sia, Vinia memang keras, hingga hanya dengan satu keputusan dariku biarlah bila akhirnya rumah tanggaku berakhir dengan cara begini, mngkin ini yang terbaik bagiku dan baginya.
Pahit kehidupan ku ternyata hidupnya Gareng lebih pahit lagi.. dia datang ke rumah mami melamar pekerjaan sebagai seorang tukang setrika, seminggu bekerja, dia diberikan bonus oleh mami untuk tinggal di rumah karena tidak punya tempat tinggal, untuk pulang kampung juga jauh ke Sumatera sana, tekunnya, ramahnya, uletnya, gigihnya, bahkan pekerjaannya pun tanpa cela,..
“Dulu saya,pengrajin sulaman bu, saya punya toko di 3 di Pulau Sumatera, saya menikah di usia sembilan belas tahun, dijodohkan orang tua dengan anak saudagar Rotan, hidup dengannya penuh berkecukupan, kasih sayangnya pun berlimpah, saya dikuliahkan sampai S2 dan rencana melanjutkan ke S3 di Jerman tapi dalam rencana keberangkatan itu  hidupnya terancam karena terserang tumor otak, sudah di bawa berobat ke Luar Negeri tapi tidak ada hasilnya, dia meninggalkan dua orang anak, Sadela dan Sanita bu”
“lalu anak yang satu lagi?”
“bukan anak saya bu, tapi dia hanya tahu sayalah ibunya, karena dari bayi dia bersama saya, dia anak dari istri pertama suami saya yang kemaren, karena ibunya meninggal saat melahirkannya, dan ternyata selama hidupnya dia amat menderita karena laki-laki itu kasar dan suka melepaskan tangan, apalagi dia pemain perempuan dan penjudi, suatu kali datang seseorang mengantarkan tagihan hutangnya sama saya,sungguh bu dia telah menghabiskan saya.
“jadi dia sekarang dimana?”
“disini bu, di kota ini, saya melarikan diri, dengan menyamar seperti ini, saya takut orang orangnya mengintai saya karena dia mengancam akan membunuh saya”.
“berapa lama kamu bersuamikan dia?”
“hhm,,, sebenarnya, dia belum menikah dengan saya, dan sepertinya dia juga tidak ada niat untuk menikahi saya, karena dia Cuma mau harta saya, saya disekap di rumah kontrakannya, rumah itu berpenjaga bu, saya hanya mengurusi anak-anak saya dan anaknya saja,bahkan anak saya berhenti sekolah.
Bila tiba tiba aku menaruh rasa prihatin kepadanya itu mungkin suatu yang tak pernah ku duga sebelumnya, dia tidak cantik, dia tidak modis apalagi fashionable, sangat jauh tapi aku menaruh hati untuknya, dan walau ini di tentang keluargaku tapi aku yakin mereka akan menerima Gareng suatu saat nanti.
 Hari ini cuaca sangat cerah, aku buru-buru mau pulang, mau ketemu Gareng, istriku, dia pasti lagi masak yang enak untukku. Hhhm rumah ini mulai terasa ademnya, pot-pot bunga berjejer rapi, jendela-jendela terbuka membiarkan sang angin membelai gorden-gorden panjang keemasan.
“Gareng…”
Tak ada sedikitpun tanda-tanda kehidupan, sunyi, aku masuk ke kamar, rapi sekali wangi lagi, ku buka jas abu-abu yang melekat di tubuhku dan menggantinya dengan kaos kutung favoritku, Gareng sama anak-anak kemana ya…….di ruang tengah juga gak ada…. Aduuuh pada kemana ya…
Tiba tiba…
Happy birthday Happy birthday Happy birthday to you………………….. sebuah suara yang sangat merdu, terdengar dari lantai atas,,, Oh my God!!!!............ aku begitu terpesona, ku lihat Gareng ku tengah membawa sebuah kue ulang tahun, dengan senyum manisnya dia turun menghampiriku tapi yang memnbuat aku tepukau.. Ternyata Gareng begitu sangat cantik, cantik sekali… ini lah dia yang sesungguhnya, sebuah gaun biru tua melekat di tubunya yang mungil.. walaupun rambutnya masih pendek begitu tapi dia beri sentuhan dengan jepitan warna senada berpadu kuning keemasan,..
“yeaaayyyyyyyyyyyy, Happy Birthday,,,, to You..”
“HaaH”
Ku lihat mami, papi, adik adikku… anak anaknya Gareng dan ponakannku ada dirumah ini teryata…
“mami?... papi???”
“iya, Dion,mami di jemput sama Renata tadi…maafkan mami ya Renata udah buat kamu nggak nyaman, sekarang kamu menantu keluarga Adi Gunawan ya.. istri dari Dion Gunawan”
Aku menatap Gareng dengan penuh arti
“Renata istriku, terimakasih buat semuanya, padahal aku lupa kalau ulang tahun hari ini, kamu memang yang terbaik”.
“Jangan panggil Aku Renata dong,,, aku tetap Gareng, Garengnya Dino Gunawan.”…
Mentari bersemburat jingga tersenyum penuh makna.

Share This Post: