DAMPAK PENGGUNAAN GADGET BAGI PERKEMBANGAN PSIKOLOGI ANAK

Pada saat sekarang ini siapa yang tidak kenal dengan gadget? gadget merupakan belahan jiwa bagi semua orang. Banyak sekali fungsi, manfaat, dan dampak yang terjadi akibat Gadget. Fungsi pengetahuan, media sosial, hiburan, game dan masih banyak lagi yang lainnya yang didapat dari gadget.
Gadget berasal dari bahasa Inggris yang artinya perangkat elektronik kecil yang memiliki fungsi khusus. Gadget adalah alat elektronik yang memiliki pembaharuan dari hari ke hari sehingga membuat hidup manusia lebih praktis. Gadget adalah suatu perangkat yang memiliki fungsi lebih spesifik, bersifat praktis dan dirancang dengan teknologi canggih.
Seperti yang kita ketahui, dengan gadget kita bisa melakukan banyak hal tanpa harus bersusah payah. Kita bisa berkomunikasi tidak hanya melalui suara saja, tetapi kita juga bisa bertatap muka dengan aplikasi yang ada di dalamnya. Kita bisa mencari informasi dengan mudah tanpa harus melihat berita, membaca koran, dan lain-lain. Namun gadget tidak hanya memberi dampak positif bagi kita, dampak negatifpun banyak terlebih jika yang menggunakannya masih belum bisa mengoptimalkannya dengan baik.
Tidak hanya orang-orang dewasa saja yang biasa menggunakannya, tetapi anak-anak bahkan balitapun saat ini sudah banyak yang biasa menggunakan gadget. Tentu saja hal ini berdampak sangat tidak baik bagi proses perkembangan psikologinya, terutama pada perkembangan psikososialnya. Anak yang sudah terbiasa menggunakan gadget dia akan cenderung lebih diam, dalam artian dia diam bukan karena memang sifatnya yang pendiam. Akan tetapi dia lebih asyik dengan dunianya sendiri dengan gadget yang digunakannya.
Selain itu ada beberapa dampak negatif yang juga di sebabkan penggunaan gadget pada anak-anak, diantaranya mereka jadi malas berfikir dalam berbagai hal dan berkurangnya kreatifitasnya juga bisa menyebabkan kerusakan mata dini karena matanya terus-menerus melihat layar gadget mereka.
Adapun jenis gadget diantaranya yaitu handphone yang sering disingkat dengan HP, laptop, pemutar media player atau mp3 / mp4, camera digital, tablet PC.
Tahap perkembangan psikologi anak dari tahun ke tahun menurut  Erikson.

1.    Trust vs Mistrust (usia 0-1 tahun)

Perkembangan psikologi anak yang berlangsung di tahap ini adalah tentang pengembangan rasa percaya diri. Pada awal kehidupannya, bayi sangat tergantung pada pengasuh utamanya (orang tua, nenek, babysitter, dan sebainya). Ia akan belajar memercayai lingkungannya melalui pengalaman yang berkaitan dengan pemenuhan berbagai kebutuhan dasarnya. Rasa percaya (trust) tersebut akan timbul saat bayi merasa kebutuhan dasarnya telah dipenuhi oleh pengasuh utamanya, baik dalam hal biologis maupun kasih sayang. Bayi yang sering diperhatikan, disentuh, dan dipeluk akan merasa aman dan selalu terlindungi.
Sebaliknya, bayi yang jarang disentuh atau dipeluk akan merasa dirinya tidak diperhatikan dan kebutuhan dasarnya tidak dipenuhi oleh pengasuh utamanya. Ia akan membentuk rasa tidak percaya (mistrust) terhadap orang-orang terdekatnya dan merasa dunia adalah tempat yang kejam untuk bertumbuh dan berkembang.

2.    Autonomy vs Shame and Doubt (usia 2-3 tahun)

Memasuki usia 1 tahun, anak sudah mengembangkan rasa trust ataupun mistrust terhadap pengasuh utamanya. Perasaan ini turut memengaruhi perkembangan psikologi anak, serta proses perkembangan motorik dan kognitif yang berlangsung pada fase batita. Di tahapan usia ini, si Kecil memang memiliki hasrat belajar atau eksplorasi yang tinggi. Anak yang memercayai pengasuhnya akan merasa lebih percaya diri dalam mengeksplorasi lingkungan maupun kemampuannya.

Sebagai pengasuh utama, orang tua perlu memberikan kesempatan kepada anak agar melalui proses tersebut sesuai dengan cara dan keinginannya. Bila orang tua berhasil mendorong anak bereksplorasi sambil disertai dengan pengawasan yang cukup dan bijaksana, maka anak akan mampu mengembangkan sifat mandiri (autonomy). Sebaliknya, anak yang terlalu banyak dilarang akan merasa tidak percaya diri dan selalu ragu-ragu akan kemampuannya sendiri (shame and doubt). Ia juga cenderung kesulitan untuk bertahan hidup dan tidak percaya dengan lingkungannya.

3.    Initiative vs Guilt (4-5 tahun)

Perkembangan psikologi anak yang terjadi di tahap ini melibatkan kegiatan sosialisasi yang lebih intens. Pada tahap usia ini, si Kecil biasanya sudah memasuki playgroup atau TK, dan mulai mengenal dunia yang lebih luas di luar rumah dan keluarga. Jadi, tidak heran bila ia kemudian menjadi senang bertanya mengenai segala hal, sehingga terkesan cerewet. Padahal, sikap banyak bertanya ini merupakan hal yang positif, dan menandakan bahwa anak tertarik untuk bereksplorasi. Anak akan merasa dirinya mampu melakukan sejumlah aktivitas tanpa terikat orang tuanya.

Pengaruh Gadget Terhadap Perkembangan Psikologi Anak
Anak yang sudah terbiasa menggunakan gadget dia akan cenderung lebih diam, dalam artian dia diam bukan karena memang sifatnya yang pendiam. Akan tetapi dia lebih asyik dengan dunianya sendiri dengan gadget yang digunakannya. Selain itu ada beberapa dampak negatif yang juga di sebabkan penggunaan gadget pada anak-anak, diantaranya mereka jadi malas berfikir dalam berbagai hal dan berkurangnya kreatifitasnya juga bisa menyebabkan kerusakan mata dini karena matanya terus-menerus melihat layar gadget mereka.
Kecanduan akan gadget dapat membuat anak menjadi lebih agresif dan sulit dikendalikan. Orang tua menjadi diabaikan ketika memerintah sesuatu pada anak karena anak hanya berfokus pada gadget. Penggunaan gadget juga akan berdampak pada pertumbuhan otak. Balita yang otaknya terlalu di ekspos dengan gadget cenderung mengalami penundaan kognitif, peningkatan impulsif dan penurunan kemampuan untuk mengatur diri sendiri. Perkembangan otak awal ditentukan oleh rangsangan alam dan lingkungan. Rangsangan yang berasal darigadget akan berhubungan dengan fungsi eksekutif dan defisit perhatian, gangguan kognitif, kesulitan dalam belajar, peningkatan impulsif dan menurunkan kemampuan dalam mengendalikan diri.
Pengunaan gadget berlebihan juga akan berpengaruh terhadap kecerdasan anak. Jika anak ketergantungan dengan gadget, maka mereka akan sangat sulit menangkap pelajaran di sekolah. Karena apa yanga ada dipikiran mereka sebagian besar hanya tertuju pada gadget. Banyak yang beranggapan bahwa gadget adalah salah satu sarana edukasi yang efektif. Namun, para ahli berpendapat bahwa edukasi yang berasal dari gadget tidak bersifat tahan lama dan berkelanjutan dalam memori anak. Karena bagaimanapun juga, sumber edukasi yang baik untuk otak adalah alam dan lingkungan.
Namun selain fungsi dan kegunaan, gadget juga memiliki dampak negatif terutama pada psikologis anak, yaitu: 

1.    Turunnya Konsentrasi

Dengan adanya gadget (Smartphone), konsentrasi anak saat belajar mengalami penurunan. Konsentrasi-nya menjadi lebih singkat dan anak tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Anak lebih sering ber-imajinasi mengenai tokoh game yang sering dimainkan pada gadgetnya. Menurut ketua dewan pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak, Dr. Seto Mulyadi, Psi M. Psi,
“Kebiasaan anak menggunakan gadget akan merusak kemampuan berkonsentrasi. Memang mengasyikkan, tapi akhirnya terbiasa begitu. Sehingga pada waktu seorang anak harus fokus terhadap sesuatu hal, akhirnya menjadi susah untuk melakukan fokus”.

2.    Malas Membaca Dan Menulis

Gadget membuat anak sangat malas membaca dan menulis. Dengan gambar-gambar menarik yang disuguhkan gadget membuat anak malas membaca. Karena membaca itu sesuatu hal yang membosankan, sehingga anak lebih memilih gadget.
Selain itu dengan perkembangannya teknologi, membuat aktivitas menulis anak menggunakan gadget. Ini mempengaruhi keterampilan menulis bagi anak, sehingga koordinasi motorik nya jadi kurang bagus dan tulisan tangan menjadi jelek-jelek.

3.    Memberi Efek Candu

Saat bangun tidur yang dilihat pertama kali adalah gadget. Saat makan dan kemana pun, tidak pernah lepas dari adanya sebuah gadget. Jika Smartphone tersebut tertinggal, anak rela pulang kerumah untuk mengambil belahan jiwanya. ini merupakan efek candu dari adanya gadget. Saking asik nya, menjadi adiktif sekali sehingga bila tidak ada gadget, anak-anak merasa gelisah.

4.    Sarana Berbuat Curang

Dalam menjawab soal ulangan, adanya gadget menjadi sarana berbuat curang. Dari mencari jawaban melalui Browser, contekan, di catatan, contekan di galeri poto, atau meminta jawaban dari teman sekelas melalui pesan teks dan multimedia.
Jawaban ujian sekarang sangat mudah didapatkan oleh anak. Dalam waktu sedetikpun, anak-anak bisa mendapatkan jawaban hanya menggunakan gadget.

5.    Mempengaruhi Kemampuan Menganalisa Masalah

Saat pelajaran matematika, anak yang telah mengenal gadget langsung sigap untuk mengeluarkan gadgetnya dan menjalankan aplikasi kalkulator. Ini merupakan hal yang buruk dalam perkembangan nalar dan logika, karena anak tersebut tidak percaya dengan pikirannya.
Kemampuan analisa tidak dilatih secara mendalam. Dengan gadget, anak cenderung berpikir secara dangkal. Akhirnya kemampuan analisis menjadi lemah dan tidak dapat menganalisis suatu masalah.

6.    Menurunnya kemampuan Bersosialisasi

Menurutnya kemampuan bersosialisasi merupakan dampak buruk dari adanya gadget. Anak menjadi acuh dengan lingkungan sekitar dan tidak paham dengan etika bersosialisasi. sehingga rasa sosialisasi antar sesama memudar dan jarang ber-tegur sapa.
Imbas bila mengkonsumsi gadget secara berlebihan, mempengaruhi kemampuan psiko-sosial anak. Psiko-sosial anak menjadi rendah dan akhirnya tidak peduli dengan lingkungan sekitar lagi.

7.    Mempengaruhi Gaya Hidup

Gadget juga bisa mempengaruhi gaya hidup anak menjadi egois dan berbudaya pamer ke teman sejawat nya. Sifat ini seharusnya tidak dipunyai oleh anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah. Gadget juga dapat mempengaruhi tingkat konsumtif dan konsumerisme anak. Karena anak terbiasa belum dapat memilih informasi secara benar.

8.    Menghambat Perkembangan

Penggunaan gadget akan membuat batasan gerak ana, yang mengakibatkan perkembangan anak terhambat. Anak yang menggunakan gadget secara berlebihan akan berdampak buruk pada prestasi akademik nya.
Pengawasan dan penggunaan terhadap gadget harus ekstra. Jika tidak diawasi orangtua, bukan menambah perkembangan sang anak menjadi baik, malah prestasi anak menjadi menurun.

9.    Malas Melakukan Banyak Hal

Saat menggunakan gadget, anak cenderung tidak melakukan gerak badan. Sensor  motorik yang tidak digunakan, bisa saja mengakibatkan obesitas. Akibatnya, sensor motorik tidak digunakan oleh anak sejak kecil, bukan hanya keterampilan menulis saja yang menurun, tetapi akan menimbulkan penyakit akibat tidak melakukan gerak motorik pada badan.

10.    Gangguan Tidur

Gangguan tidur bisa dialami anak-anak, jika menggunakan gadget secara berlebihan. Jika anak mengalami gangguan tidur, maka akan berdampak pada prestasi belajar mereka. Anak cenderung tidak langsung tidur, bila gadget masih ada di genggaman. Akhirnya anak bangun siang dan tidak dapat konsentrasi di sekolah.

11.    Penyakit Mental

Penggunaan gadget secara tidak teratur menyebabkan peningkatan laju kecemasan anak, depresi, autisme, gangguan perhatian, gangguan bipolar, dan gangguan perilaku pada anak. Jika gadget digunakan secara berlebihan dapat mengakibatkan stres pada anak. Biasanya anak stres akibat tidak dapat memenangkan permainan di gadget nya, sehingga sering mengganggu kondisi mentalnya.

12.    Agresif

Konten kekerasan dalam gadget, dapat menstimulus anak untuk melakukan hal apa yang dilihatnya. Dampak buruk jangka panjang pada anak yang menggukan gadget, menjadi lebih agresif dari anak biasanya.

Tips Cara Menanggulangi Dampak Negatif Gadget Bagi Psikologi Anak

1.    Komunikasi Efektif

Orang tua juga harus menjadi pendengar bagi anak-anaknya, tidak hanya bicara saja, mendengar kritik dan saran dari anak-anak mengenal kelemahan orang tua. Kalau komunikasi efektif apapun juga bisa dilawan, apakah itu gadget, Smartphone, narkoba, pergaulan bebas, atau bullying, dan sebagainya

2.    Tidak Ada Kekerasan

Orangtua harus bisa menyampaikan pesannya di pesan yang netral, yang tidak disertai emosi. Jika orangtua dapat mengkaji nilai pesan dengan sangat baik, maka anak akan menerima pesan tersebut tanpa emosi.

3.    Gunakan Teknik  Win-Win Solution

Semua permasalahan harus diselesaikan dengan win-win solution, Tidak ada orang tua yang harus menang dan anak yang harus kalah. atau sebaliknya, anak yang harus menang orang tua yang harus kalah. Dengan teknik ini membuat tidak ada yang dirugikan.

4.    Mengubah Lingkungan

Maksudnya mengubah lingkungan ini adalah ada saatnya waktu untuk memegang gadget, ada saatnya waktu untuk berkumpul bersama keluarga dan semua gadget ditinggal. Dengan adanya buadaya seperti ini sejak dini, membuat anak terbiasa dengan hal tersebut

5.    Koreksi Diri Orangtua

Orangtua harus berani mengubah dirinya sendiri, jika selama ini ada yang salah. Jika selama ini egois, selama ini mau menang sendiri terhadap anak, otoriter, itu harus berani diubah untuk kepentingan bersama.

Sumber: http://www.intipesan.com/sp-19185/

 

Share This Post: