Berkaca Pada Proses Metamorfosis

Hidup memberi beragam pengalaman (experience) dan juga kesempatan (opportunity) yang tak ada habisnya, selama semangat dan harapan tak pernah pudar pada diri seseorang. Begitu juga dengan pahit getir perjuangan yang harus ditempuhnya meski dengan berdarah-darah sekalipun dan pengorbanan yang tak sedikit yang harus diberikan demi mencapai  mimpi dan tujuan. Namun sesuatu yang didapatkan setelah menempuh berbagai kesulitan akan lebih terasa manis dan berharga, sekecil apapun imbala yang didapat, dibanding mendapatkan sesuatu secara percuma.

 

Adalah proses metamorfosis yang menjadi tolok ukur kehidupan setiap makhluk yang diciptakan Tuhan ke atas permukaan bumi ini. Proses keterbukaan jiwa dan kesadaran berlandas pada ketabahan memupuk harapan adalah kunci sukses demi mengubah kelemahan tersebut menjadi sesuatu yang menguatkan dan menegakkan langkah di kemudian hari.

 

Metamorfosis adalah suatu proses perkembangan biologi pada hewan yang melibatkan perubahan penampilan fisik atau struktur setelah kelahiran atau penetasan. Perubahan fisik itu terjadi akibat pertumbuhan sel dan differensiasi sel yang secara radikal berbeda.

 

Berkaca pada proses tersebut, pelajaran berharga yang bisa didapat dari alam sekitar tentunya bisa menjadi barometer seseorang dalam proses membangun mentalnya. Tuhan menciptakan berbagai jenis makhluk dengan fase bermetamorfosa yang demikian beragam. Terkait hal itu, tentunya tak lepas dari perjuangan dan pengorbanan yang harus diberikan demi sebuah perubahan. Berkaca pada proses metamorfosa makhluk-makhluk mungil yang telah Tuhan ciptakan mengajari kita akan eksistensi perjuangan tanpa henti demi meraih tujuan dan perubahan yang berarti.

 

Dalam hal ini berkaca pada proses perubahan makhluk yang berada di sekitar kita, semisal nyamuk, capung, semut, kecoa, laba-laba, dan kupu-kupu semoga menjadi ibrah (pelajaran) berharga akan pentingnya memaknai perjuangan yang berlangsung sebelum kehidupan berlangsung.

 

Metamorfosis Nyamuk

Proses metamorfosis pada nyamuk mempunyai tiga fase sebelum ia benar-benar menjadi nyamuk dewasa yang mencari makanannya sendiri. Fase pertama adalah fase telur, biasanya nyamuk akan meletakkan telurnya pada daun yang lembap atau kolam kering. Nyamuk menggunakan reseptor yang ada di bawah perutnya untuk mencari tempat yang cocok seperti ini. Reseptor berfungsi sebagai sensor suhu dan kelembaban.

 

Setelah tempat ditemukan, induk nyamuk mulai mengerami telurnya kemudian telur berada pada masa inkubasi (pengeraman). Inkubasi yang sempurna terjadi pada musim dingin, setelah itu larva mulai keluar dari telurnya semua dalam waktu yang hampir sama. Anak nyamuk disebut Encu sampai siklus pertumbuhan ini selesai secara keseluruhan. Larva nyamuk akan berubah kulitnya sebanyak dua kali.

 

Kemudian yang kedua fase larva, pada periode ini nyamuk akan berganti kulit, nyamuk pada fase ini sangat rentan terhadap kebocoran pupa. Agar tetap bertahan, sebelum pupa siap untuk perubahan kulit yang terakhir kalinya, dua pipa nyamuk muncul ke atas air, pipa itu digunakan untuk alat pernapasan.

 

Fase ketiga yakni fase pupa, pada fase ini nyamuk berada di dalam kepompong pupa yang lumayan dewasa dan siap untuk terbang dengan semua organ lengkapnya seperti belalai, sayap, kaki, dada, perut, antena, dan bola mata besar yang cukup besar yang menutupi sebagian kepalanya lalu kepompong pupa disobek di bagian atas. Tingkat ketika nyamuk yang telah lengkap muncul ini adalah tingkat yang paling membahayakan bagi keberlangsungan hidupnya.

 

Memasuki fase yang terakhir yaitu fase nyamuk dewasa. Pada fase ini  nyamuk sudah memiliki organ tubuh yang lengkap dan sudah siap untuk mencari makanannya sendiri tapi sebelum itu semua terjadi, nyamuk itu sendiri harus keluar dari air tanpa kontak langsung dengan air, sehingga hanya kakinya saja yang boleh menyentuh permukaan air. Kecepatan ini sangatlah penting, meskipun angin tipis dapat menyebabkan 'kematiannya'. Akhirnya, nyamuk tinggal landas untuk penerbangan perdananya setelah istirahat sekitar setengah jam.

 

Metamorfosis Capung

Bagaimana dengan proses metamorfosa seekor capung? Capung sebelum terbang dan hinggap di ujung daun adalah serangga yang hidup di bawah air. Mereka disebut nimfa yang hidup selama lima tahun. Dapat dibayangkan bagaimana seekor serangga hidup selama lima tahun di bawah air. Lalu bagaimana nimfa-nimfa kecil ini mempertahankan hidup mereka selama itu?

 

Alam selalu memberikan “kunci” pada makhluk hidup untuk bertahan hidup. Para nimfa ini memiliki penjepit yang dapat dipanjangkan untuk menangkap makhluk-makhluk yang lebih kecil dari mereka dan memangsanya. Dan uniknya, para nimfa ini bernapas melalui insang yang ada di anus mereka.

 

Setelah lima tahun hidup di bawah air, para nimfa ini mulai merangkak naik ke permukaan dan mereka tinggal di akar tumbuhan air dan menjadi larva. Inilah saat pertama mereka mengenal apa yang disebut “udara” dan menghirupnya untuk pertama kali.

 

Setelah terpapar udara beberapa waktu dan mulai beradaptasi dengan udara, larva capung ini kemudian membelah kulitnya sendiri, mulai dari belakang kepala hingga ekornya. Apa yang lebih menyakitkan dari proses merobek diri sendiri? Melalui proses yang menyakitkan itu seekor capung keluar, mulai terbang ke udara dan hinggap di ujung dedaunan.

 

Metamorfosis Kecoa

Kehidupan kecoa berawal dari telur. Telur tidak diletakkan satu persatu di alam tetapi sekumpulan telur  (12-40 butir) diletakkan secara teratur di dalam satu kantung yang disebut ooteka yang berbentuk seperti dompet atau kacang. Warnanya coklat sampai hitam kecoklatan. Ooteka ini diletakkan pada sudut  barang atau perabotan yang gelap dan lembab.  Telur menetas menjadi nimfa dalam yang berwarna keputihan dan belum bersayap. Jumlah instar sangat spesifik untuk setiap jenis kecoa, jumlahnya bervariasi antara 6-13 instar tergantung pada jenis kecoa, suhu dan kelembaban lingkungan. Stadium nimfa  berlangsung 2-4 bulan pada jenis yang kecil, dan satu hingga beberapa tahun pada yang besar. Kecoa dewasa berumur beberapa bulan, bahkan sampai dengan dua tahun tergantung jenis kecoa.

 

Kecoa berkembang dengan baik di dalam atau di lingkungan gedung dan tempat lainnya yang didalamnya tersedia bahan makanan dan terlindung. Dapur komersil seringkali bisa mendukung ratusan bahkan ribuan lipas dalam berbagai stadium tinggal dengan nyaman. Kecoa bisa pindah dari satu tempat ke yang lain dalam bentuk individu hidup atau kantung telur yang menempel pada berbagai objek seperti kardus bahan makanan, tas/koper, furnitur, bus, kereta api, kapal laut dan pesawat.

 

Beberapa perilaku kecoa yang perlu menjadi bahan pertimbangan adalah kebiasaannya yang omnivor (pemakan segala) dan aktif nokturnal. Apabila melihat ada yang aktif siang hari, itu menunjukkan sudah overpopulasi. Lipas mempunyai sifat thigmotactic, yaitu istirahat di dalam celah-celah dinding dalam waktu lama (tiga perempat hari). Lipas dewasa dan pradewasa seringkali istirahat dalam bentuk kelompok yang besar bersama-sama di celah yang sempit.

 

Metamorfosis Semut

Secara individu semut mengalami metamorfosis sempurna dalam perkembangannya. Telurnya sangat kecil dan berwarna putih seperti susu. Larva yang baru menetas berwarna putih seperti ulat dengan kepala menyempit ke arah depan. Larva pertama kali ini diberi makan oleh yang dewasa, larva generasi berikutnya diberi makan oleh pekerja. Setelah cukup makan dan beberapa kali molting (menyilih) akan berubah menjadi pupa. Pupa bentuknya seperti dewasa tetapi lebih lunak, berwarna putih krem, dan tidak aktif. Beberapa spesies, pupanya terselubung oleh kokon sutera.  Dewasa akan muncul dalam beberapa jam atau hari dan akan mengalami proses pengerasan dan penggelapan kutikula. Perkembangan dari stadium telur sampai menjadi dewasa berkisar enam minggu lebih, tergantung spesies, tersedianya makanan, suhu, musim dan faktor lain.

 

Sebagai serangga sosial, semut hidup di dalam koloni yang terdiri atas banyak individu, dari jumlah ratusan hingga ribuan. Biasanya setiap koloni terdiri atas kelompok pekerja, pradewasa (larva dan pupa), ratu dan jantan. Tugas dan fungsi setiap individu ditentukan oleh sistem kasta  yang secara umum terdiri atas individu reproduktif (ratu) dan nonreproduktif (pekerja) seperti berikut ini:

Jantan. Semut dewasa bersayap. Tugas utamanya adalah untuk kawin dengan yang betina. Proses kawin terjadi di dalam sarang (di tanah), atau bahkan di udara (swarming).

Betina (Ratu). Kasta ini mempunyai tubuh yang paling besar. Betina ini memulai hidupnya sebagai serangga bersayap, tetapi sayap segera dijatuhkan setelah kawin. Secara normal betina kawin hanya sekali, dan dia akan memulai merawat keturunannya. Beberapa spesies hanya mempunyai satu betina reproduktif (ratu), sedangkan lainnya bisa banyak. Biasanya betina bisa hidup lebih dari 15 tahun.

 

Pekerja. Kasta ini terdiri atas betina steril tanpa sayap. Kelompok ini mempunyai anggota terbanyak. Tugasnya merawat dan membuat sarang, memberi makan larva dan kasta lain, merawat telur, mempertahankan koloni dari musuh dan lain-lain. Beberapa spesies mempunyai bentuk pekerja yang berbeda-beda. Pekerja besar dengan kepala yang berkembang baik seringkali disebut prajurit. Pekerja kebanyakan hidup tidak lebih dari satu tahun.

 

Berbagai jenis semut yang penting dan berada disekitar kita antara lain adalah semut pharaoh Monomorium pharaonis, semut pencuri  (Solenopsis molesta) , semut api (Solenopsis invicta), semut gila (Paratrechina longicornis), semut bau (Tapinoma sessile, T. melanocephalum, T. indica,)

 

Metamorfosis Laba-laba

Laba-laba bukan termasuk serangga tetapi kelas Arachnida, yaitu sekelompok dengan caplak, tungau, dan kalajengking. Laba-laba termasuk ke dalam ordo Araneae. Semua laba-laba kecuali kelompok famili Symphytognathidae dan Uloboridae, mempunyai kelenjar venom yang digunakan untuk menundukkan mangsa. Ketika terancam, laba-laba seringkali melindungi dirinya dengan mengigit, dengan cara demikian ia  mengeluarkan toksin ke kulit vertebrata. Pada kebanyakan kasus, venom menimbulkan reaksi lokal yang ringan dan tidak memerlukan perawatan medis. Labah-labah lainnya mempunyai potensi meracuni yang lebih hebat dan dapat menimbulkan reaksi serius pada korban atau kematian. Laba-laba kelompok ini di seluruh dunia hanya sekitar hanya 60 jenis yang dianggap berbahaya secara medis bagi manusia. Kebanyakan ditemukan di daerah subtropis dan tropis, beberapa spesies di antaranya menyebar ke daerah beiklim sedang, terutama pada daerah iklim seperti di daerah Timur tengah.

 

Peracunan oleh laba-laba disebut araneisma, berasal dari Araneae, yaitu kelompok ordo pada Arachnida, tempat laba-laba tergolong. Araneisma akibat gigitan laba-laba tertentu seringkali disebutkan di belakang nama genusnya, sebagai contoh atraksisma oleh laba-laba Atrax sp,  cheiracanthisma oleh Cheiracanthium spp, latrodektisma oleh Latrodectus spp, phoneurtriisma oleh Phoneutria spp, dan tegenariisma oleh Tegenaria spp. Laba-laba juga dapat membuat orang takut yang luar biasa, panik, atau histeria sehingga disebut arachnophobia, atau lebih spesifik disebut juga araneophobia.

 

Struktur tubuh laba-laba terbagi dalam dua bagian, yaitu sefalotorakas (prosoma) yang merupakan gabungan antara torakas dan kepala di bagian depan dan belakang adalah abdomen (ophistosoma. Di daerah sefalotorak terdapat khelisera, pedipalpi, mata dan tungkai Khelisera merupakan sepasang organ yang digunakan untuk menaklukkan mangsa atau menggigit sebagi bentuk pertahanan kalau terancam. Pada beberapa kelompok laba-laba alat ini digunakan sebagai alat menggali (pada kelompok labah-labah penjerat), untuk mengangkut mangsa dan membawa kantung telur pada beberapa laba-laba lainnya. Setiap khelisera terdiri atas bagian dasar yang kuat (paturon) dan bagian gigi taring yang dapat bergerak (fang). Fang ini terletak di dalam celah dan akan bergerak saat berfugsi. Di dekat bagian ujung setiap fang terdapat lubang halus tempat keluarnya venom, yang berasal dari kelenjar venom di bagian dasar kelisera. Mulut laba-laba terletak tepat di belakang kelisera. Sebagian besar laba-laba mempunyai 8 mata terletak di bagian depan sefalotoraks.

 

Mata laba-laba berupa mata sederhana (ocelli) biasanya jumlahnya tiga atau empat pasang mata terletak pada bagian atas sefalotoraks tersusun dalam dua baris. Susunan mata pada sefalotoraks di setiap spesies konstan. Susunan mata ini digunakan sebagai formula untuk membedakan beberapa famili dan genus. Sebagai contoh beberapa spesies Loxosceles mempunyai enam pasang mata sederhana. Sepasang pedipalpi pada laba-laba terdiri atas enam ruas, dan muncul persis di belakang mulut. Struktur ini sangat peka terhadap rangsangan dari luar. Pada laba-laba pradewasa dan betina dewasa, pedipalpi menyerupai tungkai, sedangkan pada yang jantan merupakan modifikasi alat kopulasi. Laba-laba jantan dapat dikenali oleh adanya pembesaran daerah ujung pedipalpi, dan umumnya berukuran lebih kecil daripada yang betina.

 

Bagian tungkai laba-laba terdiri atas empat pasang yang masing-masing mempunyai tujuh ruas yaitu koksa, trokhanter, femur, patela, tibia, metatarsus, dan tarsus. Laba-laba yang berjalan di atas tanah dan benda lain tanpa membangun jaringan  jebakan hanya mempunyai dua kuku tarsal pada masing-masing tungkai. Laba-laba pemburu mempunyai berkas rambut yang lebat (disebut skopulae) tepat di bawah kuku atau sepanjang bagian ventral tarsus dan metatarsus. Mereka Setelah fertilisasi (pembuahan), labah-labah betina menghasilkan kantung telur, yang ukuran dan bentuknya berbeda-beda tergantung spesies. Kantung telur umumnya terdiri atas kumpulan benang sutera yang membungkus telur. Beberapa spesies meninggalkan kantung ini di dekat habitatnya atau di dalam galian. Telur menetas di dalam kantung, dan laba-laba muda berganti kulit sekali sebulum muncul. Laba-laba muda ini disebut spiderling atau nimfa, dan sudah mencari makanan sendiri. Nimfa ini adalah bentuk miniatur laba-laba dewasa, yang mempunyai spineret dan kelenjar racun yang sudah berfungsi. Nimfa mengalami molting 2-12 kali sebagai juvenil, tergantung jenis laba-labah, sebelum mencapai dewasa kelamin. Laba-laba ini bisa memencar dengan mengembangkan benang-benang suteranya dan terbawa angin.

 

Daur hidup pada kebanyakan laba-laba pemintal benang adalah kurang dari 12 bulan, tetapi pada laba-laba penggali tanah  berekembang lebih lama dan tampaknya mempunyai daur hidup yang lebih lama (beberapa tahun).

 

Perkawinan laba-laba sangat menarik. Organ reproduksi pada yang jantan terletak di pedipalpi. Bila siap berkopulasi laba-laba jantan memintal jaring kecil dan menaruh setitik spermanya di tanah atau beberapa tumpukan serasah. Setelah itu dia mengambil cairan tersebut dipindahkan ke dalam labu-labu kecil pada pedipalpinya. Setelah itu dia mengambil cairan tersebut dengan pedipalpi dan mencari betina,  serta menyalurkannya kepada spermateka betina. Setelah betina dibuahi, jantan seringkali ditangkap dan dimakan oleh yang betina.

 

Metamorfosis Kupu-kupu

Proses metamorfosis kupu-kupu cukup panjang dan lama namum sederhana. Pertama-tama mulai dari telur yang di letakkan oleh kupu-kupu pada daun (biasanya daun pohon jeruk atau dapat juga pohon yang lain) yang bertujuan nantinya daun tersebut bisa menjadi bahan makanan ulat tersebut hingga mencapai dewasa setelah tiba waktunya menjadi pupa/ kepompong dan dalam beberapa hari akan menjadi kupu-kupu baru.

 

Telur akan menetas antara 3 – 5 hari, larva akan berjalan ke pinggir daun tumbuhan inang dan memulai memakannya. Sebagian larva mengkonsumsi cangkang telur yang kosong sebagai makanan pertamanya Kulit luar dari larva tidak meregang mengikuti pertumbuhannya, tetapi ketika menjadi sangat ketat larva akan berganti kulit.

 

Setelah menetas larva akan mencari makan Sebagian larva mengkonsumsi cangkang telur yang kosong sebagai makanan pertamanya. Kulit luar dari larva tidak meregang mengikuti pertumbuhannya, tetapi ketika menjadi sangat ketat larva akan berganti kulit. Jumlah pergantian kulit selama hidup larva umumnya 4 – 6 kali, dan periode antara pergantian kulit (molting) disebut instar.

 

Larva kupu-kupu bervariasi dalam bentuk, tetapi pada sebagian besar berbentuk silindris, dan terkadang memepunyai rambut, duri, tuberkel atau filamen. Ketika larva mencapai pertumbuhan maksimal, larva akan berhenti makan, berjalan mencari tempat berlindung terdekat, melekatkan diri pada ranting atau daun dengan anyaman benang. Larva telah memasuki fase prepupa dan melepaskan kulit terakhir kali untuk membentuk pupa.

 

Fase pupa kalau dilihat dari luar seperti periode istirahat, padahal di dalam pupa terjadi proses pembentukan serangga yang sempurna. Pupa pada umumnya keras, halus dan berupa suatu struktur tanpa anggota tubuh. Pada umumnya pupa berwarna hijau, coklat atau warna sesuai dengan sekitarnya. (berkamuflase). Pembentukan kupu-kupu di dalam pupa biasanya berlangsung selama 7 – 20 hari tergantung spesiesnya

 

Setelah keluar dari pupa, kupu-kupu akan merangkak ke atas sehingga sayapnya yang lemah, kusut dan agak basah dapat menggantung ke bawah dan mengembang secara normal. Segera setelah sayap mengering, mengembang dan kuat, sayap akan membuka dan menutup beberapa kali dan percobaan terbang.

 

Kupu-kupu merupakan serangga yang melakukan aktivitas pada siang hari, pada malam hari kupu-kupu akan istirahat dan terlindungan daun pepohonan. Pada siang hari kupu-kupu makin aktif terbang dan melakukan aktivitas mencari makan dan berproduksi. Kegiatan mencari makan dilakukan sendiri-sendiri tetapi sering tampak kupu-kupu jantan dan batina terbang berpasangan dan pada saatnya akan melakukan kopulasi.

 

Selanjutnya induk kupu-kupu akan meletakkan telurnya pada tumbuhan inangnya. kupu-kupu yang rentang sayapnya kecil akan terbang rendah antara 10 cm - 2 m. Sedangkan kupu-kupu yang rentang sayap lebih besar terbang lebih tinggi sampai ± 10 m. Pada kegiatan mencari makan, kupu-kupu akan hinggap pada bunga-bunga dan menjulurkan probosisnya.

 

Referensi :

Bennet, GW, JM Owens & RM Corrigan. 1982. Truman’s Scientific Guide to pest control Operations. 4th Ed. A Purdue University/Advanstar Communications Project. USA.

Chong ASC & CY Lee. 1999 Household ants. Universiti Sains Malaysia. Penang.

Hadlington, P & J Gerozisis. 1988. Urban Pest Control in Australia. New South Wales university Press. Australia.

Lee, CY, HH Yap, NL Chong, & Z Jaal. 1999. Urban pest control. A Malaysian perspective. Universiti Sains Malaysia. Penang.

Lee CY & HH Yap. 1999. Overview on urban pests: A Malaysian perspective. Universiti Sains Malaysia. Penang.

Mullen, G.R. 2002. Spiders (Araneae). Dalam Medical and Veterinary Entomology Ed. Mellen G & L. Durden. Academic Press, San Francisco. USA.

Sigit, S.H & Upik K. Hadi. 2006. Hama Permukiman Indonesia. Pengenalan, Biologi dan Pengendalian.  Unit Kajian Pengendalian Hama Permukiman Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Indonesia.

Share This Post: